Hajar Aswad: Tangan Kanan Allah di Bumi Menurut Rasulullah SAW

Rasulullah SAW pernah mengibaratkan Hajar Aswad sebagai “Tangan Kanan Allah di bumi”. Perumpamaan ini adalah kiasan agung yang menunjukkan betapa tingginya kedudukan batu ini dalam Islam. Tentu saja, ini bukan berarti Allah SWT memiliki tangan fisik, melainkan sebuah metafora untuk menggambarkan kemuliaan dan keberkahan yang terkandung di dalamnya.

Barangsiapa yang berkesempatan mengusap Hajar Aswad, seolah-olah ia sedang bersalaman dengan Allah Yang Maha Pengasih. Kiasan yang diucapkan oleh ini menekankan kedekatan spiritual yang bisa dirasakan oleh seorang hamba. Ini adalah momen sakral, menguatkan ikatan keimanan dan ketaatan kepada Sang Pencipta.

Perumpamaan dari ini juga menyoroti betapa besar pahala yang bisa diperoleh dari interaksi dengan Hajar Aswad. Ini bukan sekadar ritual tanpa makna; setiap usapan mengandung janji keutamaan dari Allah SWT. Jemaah yang bersungguh-sungguh akan merasakan limpahan rahmat dan ketenangan jiwa yang luar biasa.

Meskipun Hajar Aswad digambarkan demikian oleh, umat Islam tidak menyembah batu ini. Keyakinan akan kemuliaannya adalah bagian dari ketaatan kepada Nabi dan Allah semata. Ini adalah bentuk penghormatan terhadap apa yang telah disucikan dalam syariat, bukan penyekutuan terhadap Allah SWT.

Keramaian di sekitar Hajar Aswad seringkali menghalangi jemaah untuk menyentuhnya secara langsung. Namun, para ulama menjelaskan bahwa memberi isyarat tangan dari jauh dengan niat tulus pun sudah mencukupi. Esensi dari sunah ini, seperti yang diajarkan, adalah niat hati yang ikhlas dalam meneladani.

Kiasan “Tangan Kanan Allah” oleh Rasulullah SAW juga berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya menjaga kesucian niat dalam setiap ibadah. Keikhlasan adalah kunci utama, dan interaksi dengan Hajar Aswad adalah salah satu cara untuk merefleksikan kejujuran batin seorang Muslim di hadapan Tuhannya.